Selasa, 07 Oktober 2014

KEMBALI MENULIS

Alhamdulillah...
Bisa kembali menulis di sini. Setiap diminta mengisi curriculum vitae, membaca dan menulis selalu saya cantumkan sebagai hobi. Namun, ternyata tak mudah mempertanggungjawabkannya. Selalu, saja. Ada hal-hal yang dijadikan sebagai alasan untuk tidak menekuni kedua hobi tersebut.
Padahal, hanya dengan giat membaca dan menulis saja, akal pikiran akan senantiasa tercerahkan.
Dan sekarang, saya kembali menulis.

Tanggal 19 Juni 2014 yang lalu, saya melewati fase baru dalam kehidupan. Kembali menjadi seorang ibu. Subhanalloh! Sungguh membahagiakan, mendebarkan, penuh kejutan. Dan saya sangat menikmatinya. Ditambah dengan sikap suami yang jauh lebih dewasa dibanding pada saat saya baru menjadi ibu.

Juga, ada perkembangan sedikit dalam hal pola asuh. Perkembangan yang saya maksudkan, ketika sekarang saya harus kembali menunaikan tugas negara, saya berusaha agar tetap bisa memberikan ASI. Meskipun tidak setiap hari. Minimal, setiap pulang, ASI bisa tetap diberikan pada putri kedua. Ya. Jauh di tempat tugas ini, ASI saya perah setiap hari. Saya berikan pada makhluk Allah yang lain. Tumbuhan, hewan, serangga.... Tujuannya, agar ASI tetap berproduksi, sehingga ketika pulang, putri kecilku bisa tetap menikmati ASI bundanya ini. Meskipun tidak menetek langsung, namun ada kebahagiaan tersendiri manakala ASI yang telah diperah, masuk botol, dihisap tandas oleh putri kecilku. Sekarang, usinya sudah 112 (seratus dua belas) hari. Sudah bisa tengkurap. Saya sangat bersyukur. Ini hal baru dalam hidupku, karena pada saat usia putri pertamaku baru akan memasuki 4 bulan, dia sudah tidak bisa menikmati ASI lagi. Sungguh, semua semata-mata karena karunia Allah SWT.

Putri pertamaku, usianya kurang lebih sudah 4 tahun 9 bulan 8 hari. Sangat ngemong pada sang adik. Ngajinya pinter. Sekarang sudah Iqra jilid 5. Sungguh, ini adalah karunia Allah yang tak terkira. Saya sangat bersyukur.

Suamiku juga sangat mendukung karier yang sedang saya jalani. Begitu pun. Saya juga sangat mendukung apa yang suamiku tekuni. Mudah-mudahan, saling support ini menjadi amal ibadah bagi kami dalam mengayuh dan mengarungi biduk rumah tangga.

Sungguh tak mudah. Melewati masa-masa awal adaptasi, harus terpisah, banyak godaan silih berganti. Semoga Allah senantiasa meneguhkan langkah kami. Aamiin