Jumat, 06 Maret 2009

MAKA, WAL'ASHRI

Beginilah bila waktu tidak dimenej dengan baik. Semuanya menjadi kacau beliau. Fiuhh...Hari ini melelahkan sekali.

Sudah sejak jauh-jauh hari, Bu Asiah (koordinator soal Akidah Akhlak KKG Kabupaten Banyumas) menyarankan agar kisi-kisi soal dan soal segera dibuat. Tapi apa yang terjadi saudara-saudara?

Ternyata, dengan beralasan sekian banyak hal, maka pengerjaan kisi-kisi soal dan soal itu, tidak bisa saya kerjakan dengan baik. Bahkan hingga hari ini, Sabtu, 7 Maret 2009, deadline kisi-kisi dan soal harus dikumpulkan, akhirnya saya tidak bisa memenuhi tuntutan itu.

Alhasil, hari ini dibuka dengan sebuah sms kepada bu Asiah: "maaf, bu, kisi-kisinya belum dirapikan. Saya mendahulukan soalnya saja dulu, mengingat waktu".

Untungnya Bu Asiah baek banget. Selalu ada kemakluman yang tinggi untuk keteledoran saya.
"Ya, boleh. usahakan jam 10 pagi ini dah jadi"

OK.

Selanjutnya, saya sport jantung di rentalan komputer. Jarum jam sudah menunjuk angka 07.30. Komputer bermasalah. Sudah hampir 10 nomor soal yang diketik, tiba-tiba mati dengan sendirinya. Dicoba untuk dibuka sejak awal. Alhamdulillah, gagal. Ada trouble serius pada komputer yang saya gunakan. Akhirnya, saya pindah komputer. Konsekwensinya, menulis lagi sejak awal. Dan, tak bisa menggandakan data yang saya buat itu ke CD. Padahal, ketentuannya adalah: 1 berkas prin out soal dan 1 buah CD. Yah...

Jam 09.00. Alhamdulillah, soal selesai diketik. Lengkap dengan kunci jawabannya. Setelah menyempatkan memfotmat flashdisk yang full virus, dan mengcopi soal ke flshdisk, saya cabut ke Ajibarang.

Turun di perempatan pasar hewan, jalan kaki ke MI Ma'arif NU 01 Ajibarang Kulon. Baru jam 09.40 saat saya tiba di MIMA tersebut. Dan Ibu Asiah belum rawuh. Yes! Berarti saya tidak telat. Setelah menitipkan berkas soal dan mengcopi data yang di flashdisk ke komputer MIMA, saya melanjutkan perjalanan ke Kantor Pos Ajibarang.

Setelah duduk manis di bangku tunggu di kantor pos itu, saya buka tas. Mencari dompet yang di dalamnya saya simpan kartu ATM. Rencananya, akan saya tambah saldonya. Tapi....

Ternyata tidak ada.

Segera, saya ke MIMA kembali. Dan setelah dicari-cari pun, ternyata di sana juga tidak ditemukan. So, dimana, yah? Jujur, saya agak panik. Ini pengalaman pertama bagi saya kehilangan dompet. hehehe...

Lalu, saya coba sms mba Lina; yang punya rentalan komputer; menanyakan tentang dompet itu. Dan hasilnya...

Tetap tidak ada.

Whaduh...pasrah dech.

Saya ke warnet. Rencananya, akan meng up load DNS MAM Pekuncen. Dan ternyata, setelah berkali-kali mencoba username dan passwordnya, tetap NIHIL.

Maka, saya sms ke dindik Banyumas, menanyakan perihal ketidakbisaan upload ini. Dan hasilnya....

Hari Selasa, silakan ke diknas.

Alhamdulillah, ada solusi jelas. Makasih ya Pak...

Dan ada sebuah sms masuk. Memberikan kabar gembira, ternyata dompet saya ditemukan. Anaknya mba Lina yang menemukan. Makasih ya Senda... Alhamdulillah....

Dari kocar-kacirnya saya bergelut dengan waktu hari ini, maka saya selalu kembali kepada: Ayo donk...manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Persiapkan semuanya sejak semalam, agar lebih siap menyambut dan menjalani hari. Tapi sungguh, itu bukan hal mudah.

Alhamdulillah, Astaghfirullah....

Salam.

Selasa, 17 Februari 2009

SATU BULAN LAGI...

Satu bulan lagi, Insya Allah...

Deg-degan rasanya menunggu bulan depan. Perjalanan pencarian pendamping hidup selama tujuh tahun, mudah-mudahan berakhir bulan depan. Aamiin

Tujuh tahun?

Bagaimana bukan tujuh tahun namanya, bila saat itu saya bercita-cita menikah di usia sembilan belas tahun, dan usia saya sekarang dua puluh enam tahun.

Sembilan belas?

Iya. Waktu itu, saya terobsesi untuk juga menikah dini seperti mama. Mama menikah di usia sembilan belas tahun. Tanpa tahu rahasia Allah, saya juga bercita-cita seperti itu. Tapi Allah Maha Penuh Kejutan!

Waktu terus bergulir. Melewati angka dua puluh dalam tahun kehidupanku, melindas angka dua puluh satu, menghampiri angka dua puluh dua, meniti angka dua puluh tiga, menjumpai angka dua puluh empat, menjemput angka dua puluh lima, dan tahun ini, genap memasuki angka dua puluh enam dalam hitungan usiaku.

Dua puluh enam.

Mungkin sudah tak lagi ideal untuk dikatakan sebagai pernikahan dini. Bahkan teman saya yang kuliah di psikologi pernah menyatakan, setelah melewati angka dua puluh lima, itu artinya bagi wanita lampu hampir menyala merah. Tapi bukankah pernikahan; bagaimanapun juga adalah sebuah takdir?

Maka, menyesal tak akan pernah ada gunanya. Bukankah dengan tidak menikah di usia sembilan belas tahun, setidaknya kini saya tahu, bahwa Allah telah menyiapkan garis hidup nan indah yang harus saya titi. Saya bisa kuliah dulu, setidaknya sampai lulus D2. Saya bisa mencicipi seperti apakah rasanya memiliki uang sendiri setiap bulan, meski tak seberapa. Bisa belajar menjadi ibu bagi anak-anak dengan berbagai karakternya di sekolah. Bisa pergi kesana kemari untuk bersosialisasi dengan teman-teman satu organisasi, tanpa merasa bersalah karena meninggalkan suami dan anak-anak di rumah. Sungguh, saya yakin, ini semua adalah hikmah yang saya hanya boleh tahu setelah semua itu saya tempuh.

Beberapa kali mencoba membina hubungan yang serius; yang akhirnya gagal; juga meyakinkaku, bahwa pasti ada hikmah di balik semua ini. Setidaknya, saya bisa lebih introspeksi diri. Pasti ada sesuatu yang salah pada diriku, sehingga Allah belum memperkenankan cita-cita ini.

Dan kini... satu bulan lagi...

Deg-degan. Sekian banyak tanya berseliweran di kepalaku. Bagaimanakah rasanya menikah itu? Mendampingi lelaki yang sama sekali asing bagiku (saya mengenalnya belum ada satu tahun!). Bisakah saya menjadi istri yang baik, kelak? Bagaimanakah bila suamiku kelak tak berkenan dengan pelayananku? Bagaimanakah mengatasi konflik rumah tangga yang pasti akan mewarnai perjalanan pernikahan kami? Bagaimana.... 

Satu bulan lagi...

Ridloilah Ya Rabbi...

Inilah ikhtiar kami

Memenuhi titahMu dan titah RasulMu

Menggenapkan separuh agama

Melanggengkan kalimat tauhidMu di dunia

Ampunilah Ya Rabbi...

Bila jalan yang kami lalui

Tak sesuci para kekasihMu

Satu bulan lagi... Bismillaahirahmaanirrahiim

BELAJAR BERHITUNG

Enam puluh detik dalam satu menit. Tigaribu enam ratus detik dalam satu jam. Delapan puluh enam ribu empat ratus detik dalam sehari semalam. Bila ada satu kejadian saja dalam tiap satu detik, maka itu berarti, ada delapan puluh enam ribu empat ratus detik kejadian dalam sehari semalam.

Waow! Sebuah jumlah yang fantastis. Dan itu adalah sumber ide yang tak habis untuk ditulis. Belum lagi ada tujuh hari dalam satu minggu, dan ada rata-rata tiga puluh hari dalam satu bulan.

Ck! Ck! Ck! Subhanalloh... Betapa alam raya ini menyediakan diri untuk terus digali.

Tapi.... :-(

Yah... Kemanakah ada untuk selalu menulis yang pernah berkobar saat itu? Kemanakah? Huh! Penginnya menjadi seorang penulis. Penulis apa namanya, bila tak pernah menyengajakan diri untuk menulis? Bahkan saat mood mendidih dan ide berseliweran di sekelilingku. :-(

Duh Rabbi...

Kangen sekali untuk menulis lagi. Tahun kemarin, saya mewajibkan diri saya sendiri untuk menghasilkan satu buah buku kumpulan cerita. Dan hasilnya? Di akhir tahun, tak berhasil. Astaghfirullah...

Saya merasa sangat bersalah. Pada diri saya sendiri, dan juga pada teman-teman penulis yang telah menyuntikkan semangat padaku untuk menulis. Dan terus menulis. Memberiku kabar "setiap" ada event kepenulisan. 

Apakah cukup hanya bersedih dan merasa bersalah? Tentu tidak. So? Menulis lagi, yuk....

Bismillaahirrahmaanirrahiim..............

Sabtu, 03 Januari 2009

Alhamdulillah....

Alhamdulillah...
Saya lolos tes CPNS yang diadakan tanggal 7 Desember 2008 kemarin. Serasa tak percaya, saat saya menerima kabar itu. Catatan tentang 'peristiwa' mengharukan ini, sedang ketlingsep entah kemana. Jadi, belum bisa diteruskan kisahnya. ;-)
Hanya syukur kepada Allah, dan terima kasih atas segala dukungan dari teman-teman semuanya. Thanks Allah, thanks my friends.....

QQ Copy Center Ajibarang

Bekerja dengan orang yang sangat menghargai waktu, sangatlah menyenangkan. Simaklah pengalaman saya ini.
Waktu itu, panas membakar bumi. Menaikkan suhu beberapa derajat. Mungkin. Sebab saya tak bawa termometer. Hehehe.... Udara yang panas tidak menghalangi niatku untuk tetap pergi ke fotokopian.
Tanggal 1 Januari 2009 kemarin, diadakan acara pembagian Raport santri di TPA tempatku berbagi sedikit ilmu.
Hampir dua minggu lamanya (tanggal 15-27 Desember 2008), santriwan santriwati yang sangat luar biasa potensialnya itu, mengikuti ulangan umum semester genap tahun kajian 2008.
Dan tanggal 1 Januari 2009 kemarin, raport telah dibagikan.
Namanya pembagian raport, tentu saja raportnya itu sendiri harus sudah ada. :-) Nah, untuk meng-ada-kan raport itulah, meski panas membakar bumi, saya tetap menuju fotokopian kepercayaan saya.
-0-
Alhamdulillah, Thanks Allah. Thanks QQ Copy Center Ajibarang. Jam 12.45 waktu itu, saya melangkahkan kaki ke luar rumah. Sekitar jam 13.00 kurang beberapa menit, saya tiba di QQ Copy Center Ajibarang. Meski lumayan jauh jaraknya, dan ada beberapa tempat serupa sebelum tempat fotokopi yang saya tuju itu, saya tetap melangkah mantap menuju QQ Copy Center Ajibarang. Bukan apa-apa, hanya soal jaminan kwalitas saja.
QQ Copy Center AJibarang sepi pelanggan, saat saya memasuki ruangannya yang tidak seberapa luas. Para karyawannya juga tidak kelihatan. Hanya ada Bapak pemilik fotokopian, sedang asyik di depan layar komputer.
"Ngopi...Pak...", seruku agak nyaring.
"Eh, mbak. Silakan!", jawab sang Bapak agak kaget.
Saya menyerahkan draft raport yang harus difotokopi.
"Jadi berapa, mbak?", Bapak itu bertanya ramah, sambil membolak-balik draft yang saya berikan.
"Jadi 80, pak. Tapi minta contohnya dulu, 1.", jawab saya.
Sang Bapak membawa draft ke mesin fotokopian. Saya mengedarkan pandangan ke sekeliling QQ Copy Center, sesaat kemudian pandangan saya tertumbuk pada contoh warna cover yang bisa dipilih.
"Covernya yang nomor 12, Pak", seruku kemudian.
Birunya itu, lho ..... cantik nian. Hehehe.....
Sigap, Bapak QQ segera mengerjakan 'pesanan' saya. Hanya butuh waktu kurang dari 5 menit, contoh raport yang saya 'pesan' jadi sudah. Saya bolak-balik contoh raport itu. Mengangguk puas. Hasilnya begitu jernih, sulit dibedakan dengan aslinya.
"Berarti kurang 79 lagi, yah, mbak?", Bapak QQ bertanya. Tetap ramah.
"Ya, Pak", jawab saya pendek.
Sesaat kemudian, Bapak QQ tenggelam dalam keasyikan mengerjakan kekurangan 'pesanan' saya. Tak sedetik pun waktu terlewat percuma.
Sedianya, saya akan mengambil raport TPA tersebut esok paginya. Tapi begitu melihat cara penanganan Bapak QQ atas kebutuhan saya yang tidak membuang tempo, membuat saya memutuskan untuk menunggu saja. Dan saya merasa, saya mengambil keputusan yang tepat. Saat Bapak QQ sedang sibuk mengerjakan pesanan saya, muncul dua orang karyawannya dari dalam ruangan. Mungkin mereka baru saja istirahat, makan siang dan shalat dzuhur. Tenaga untuk menyelesaikan 'pesanan' saya pun bertambah.
Semakin nyata, bahwa meski agak lama, tugas pembuatan raport yang dibebankan pada saya, bisa saya selesaikan hari itu juga (28 Desember 2008), dari deadline semua , yakni tanggal 30 Desember 2008.
Alhamdulillah, segala puji untuk-Mu Ya Allah. Atas petunjuk dan kemantapan yang kau bisikkan padaku. Untuk tidak membuang-buang waktu, dan memilih tempat yang tepat, sehingga kegiatan memfotokopi menjadi hal yang membuatku nyaman.
Tips: Bila ingin menjadi sang kepercayaan, bersikaplah profesional: menghargai waktu dan do the best.
I think that is all. :-)