Kamis, 24 November 2011

CATATAN HARI INI

Senang sekali mengikuti kuliah bersama pak Sony tadi siang. Waktu dua jam kurang beberapa menit berlalu tanpa terasa lelah. Berhasil menebus rasa lelahku setelah menempuh perjalanan di kendaraan umum selama kurang lebih 3 jam. Penat sekali. Tapi mengikuti kuliah pak Sony yang sarat pesan, penjelasan juga gamblang, membuat kepenatan itu sirna. Thanks, sir...

Pak Sony, yang meskipun dalam keterbatasan geraknya; tetap memiliki semangat juang yang sangat luar biasa. Tiga point dalam perkuliahan metode penelitian tadi siang:

Sikat dulu, pikir belakangan...
Apapun pilihan kita, yang penting punya argumentasinya
Apapun yang kita katakan, yang penting ada buktinya

Tentang yang pertama: Sikat dulu, pikir belakangan.
Sederhana saja penjelasannya: Saat ada tawaran/ tantangan/ konsep/ pilihan/, segera putuskan untuk mengambilnya. Segala hal ihwal yang menyertai keputusan tersebut, pasti akan ada jalan keluarya. Tuhan menitipkan otak dan akal pada kita untuk digunakan sebagaimana mestinya. Dan tidak mungkin juga, kan, Tuhan menelantarkan kita sendiri. Begitulah pesan beliau di akhir perkuliahan tadi, saat memaparkan contoh dari alasan mengapa memilih judul penelitian tertentu dengan sangat panjang, lebar, dan gamblang. Terasa begitu berat untuk dijalankan. Lalu meluncurlah pernyataan yang penuh bobot motivasi tersebut. Thanks. sir...


Lalu, apapun pilihan kita, yang penting punya argumentasinya
Pernyataan tersebut juga berangkat dari adanya reaksi muka kami setelah pemaparan contoh rumusan masalah yang pak Sony buat. Dalam pemaparan tersebut, banyak sekali buku-buku yang dijadikan sebagai bahan referensi dalam setiap kalimat yang dipaparkan beliau. Wah wah wah.... Secara, kami ini mahasiswa NR, sudah tua-tua (hehehe...) tentu saja merinding mendengar dan melihat pemaparan yang seperti itu. Muka kami kontan berkerut dan berkerenyit begitu pak Sony menyelesaikan penjelasannya. Menyaksikan wajah kami yang sangat tidak indah dipandang, pak Sony dengan bijaksana melontarkan kalimat motivasi tersebut: "sebenarnya mudah, ibu-ibu, bapak-bapak, yang penting, apapun rumusan masalah yang kita pilih, yang penting memiliki argumentasi yang jelas, memiliki dasar teoritis yang kuat, sehingga hasil penelitian kita bisa bagus dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan secara jujur dan terbuka. Sehingga akhirnya, bisa membawa manfaat yang besar untuk kemajuan semuanya, terutama bagi objek penelitian kita. Begitu...."


Dan yang terakhir, apapun yang kita katakan, yang penting ada buktinya.
Ini agak mirip sama yang di atas, hanya ini bedanya begini. Yang kedua tadi itu, argumentasi/ dasar teori sebagai dasar kita menulis sebuah penelitian. Nah, sementara yang terakhir ini, bukti yang dapat kita utarakan saat kita memaparkan penelitian yang sudah kita tulis tersebut. Misalnya, ada pernyataan bahwa si A nilainya lebih baik dari si B. Buktinya apa? Tentu saja harus ada daftar nilai yang bisa memperlihatkan adanya perbandingan nilai antara nilai A dan nilai B tersebut. Nah, daftar nilai itulah yang dimaksud sebagai bukti tentang pernyataan bahwa si A nilainya lebih baik dari si B. Begitu....

Hari yang indah. InsyaAllah besok lebih indah lagi. Thanks, Sir...

CATATAN KEMARIN

Wednesday, November 16, 2011 4:48:20 PM
Hari ini, jadwal ngajarku di SD Negeri Kaliwungu 03. Dan saya benar-benar menikmati ritme sehari ini. Bersama anak-anak yang ceria dan penuh semangat menyambut tawaran scenario pembelelajaranku, membuat hatiku tidak merasa lelah sama sekali. Masuk di kelas IV, mengoptimalkan hafalan anak-anak dengan mengkondisikan mereka pada suasana kompetisi. Ternyata, tak seorangpun anak yang mau untuk benar-benar kalah. Semua ingin menjadi yang pertama. Dan ini sangat menyenangkan. Membagi anak-anak menjadi beberapa kelompok, memberikan tugas untuk menghafalkan materi, dan menagih hafalan mereka dalam ajang kompetisi. Maka, acara menghafalkan ketentuan salat (syarat sah, syarat wajib dan sunnah salat) menjadi sangat menyenangkan. Dimulai sekitar jam 07.15, dan saat jarum jam menunjuk angka 09.00, seolah tak mau berhenti dari proses pembelajaran. Betapa menyenangkan.
Lalu, kelas VI pun tak mau kalah. Belajar dalam kelompok, dituntut kekompakan dan kerjasama yang benar-benar tulus. Sama seperti di kelas IV, anak-anak kelas VI pun tak ada yang mau untuk kalah. Alhasil, acara menghafalkan surat al-Maidah ayat 3 beserta artinya, menjadi sangat menangtang dan menyenangkan. Apalagi, pulangnya bergiliran sesuai hasil kompetisi hari itu. Waow! Mengapa tak sedari dulu saya menyadari ini semua, ya? Makasih saya ucapkan pada Pak Nurmuludin. Atas segala ide, pemikiran, masukan, saran, contoh, bukti, dan lain sebagainya. Jujur, sejujurnya saya ingin mengajak anak-anak lebih senang belajar. Tapi bingung harus dengan cara apa. Wah, ternyata ada cara sederhana namun cukup bisa diharapkan. Yakni, memaksimalkan kerja kelompok. Dan itu, harus dilakukan dengan TELATEN. Tak boleh jemu. Bahkan dituntut untuk mengembangkan terus kreatifitas agar anak-anak semakin tertarik belajar. Thanks a lot, Sir…
Lalu, belajar bersama anak-anak kelas III. Mencoba memperdalam materi BTQ. Ya, suasana pembelajaran benar-benar cermin dari suasana hati. Hati yang semangat, penuh motivasi, harapan, dan cita-cita, akan melahirkan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Betapa senangnya melihat anak-anak; yang meskipun tidak bisa; namun tetap memiliki rasa percaya diri untuk tampil di depan, dan tanpa malu tetap mau belajar.
Dan yang terakhir, latihan pesta siaga bersama beberapa anak kelas IV. Wah, benar-benar, deh. Dulu, bila melihat anak yang lambat berpikir, pasti segala cap negative akan menempel dengan begitu mudahnya pada anak-anak tersebut. Tapi tadi sore, ajaib. Entah energy apa yang sedang merasuki saya hari ini. Melihat anak-anak tak langsung bisa melafalkan bacaan tasbih, tahmid, dan takbir, saya bisa menerimanya dengan sangat lapang. Bahkan, tertawa. Catet! TERTAWA! Seolah, saya merasa sedemikian bebas, tak ada beban sama sekali. Rasa kemakluman saya begitu besar hari ini. Segala salah anak, saya maafkan. Hehe…
Begitulah. Intinya, apa yang kita pikirkan, itu yang akan kita alami. Bila pikiran-pikiran positif yang menguasai hati kita, maka yakinlah bahwa pengalaman kita pun akan menjadi sangat positif. Anak-anak, sungguh saya sangat mencintai kalian. Love u….

Senin, 21 November 2011

Jangan bersedih...

Jangan bersedih. Demikian pesan al-qur`an pada kita. Tapi tetap saja saya merasa sedih. Apa pasal? Niate akan ngcopy data dari komputer ke flashdisk, tapi yang terjadi justru flashdisk-ku kebanjiran virus. Duh, jan. Mana ga ada yang ditanyai untuk mengatasinya bagaimana. Bingung. Sedih. Akhirnya, file yang sudah didapat belum dapat dikeluarkan. Repot juga tidak punya komputer dan akses komputer sendiri. Yah, selamat menikmati kebodohan diri. Makanya, belajar, biar ga sedih lagi. Padahal, itu file penting sekali. Sebagai bahan penyusunan tugas metodologi penelitian yang harus dikumpul hari kamis ini. Jangan sedih. Yang harus dilakukan sekarang adalah terus belajar.

Jumat, 14 Oktober 2011

CATATAN MALAM SABTU

Sepenuh syukur saya panjatkan ke hadirat Allah swt. Entah mengapa, saya merasa begitu bahagia malam ini. Mungkin, karena bisa nge-blog lagi, setelah sekian lama tidak menjangkau media berbagi ini.

Banyak hal terjadi selama satu tahun ini. Oh, bukan. Bahkan mungkin 1,5 tahun. Sangat lama. Cerita tentang perkuliahan, belum pernah saya kisahkan. Ya, sejak September 2010 yang lalu, saya kuliah lagi di STAIN Purwokerto. Gedungnya sudah tambah megah, program perkuliahan semakin banyak dan cuantik, dosennya tambah sip-sip, dan yang pasti, biaya tentu semakin mahal. Hehehe

Saya bersyukur, bisa mengenyam pendidikan kembali. Barangkali, teman-teman yang melihat aktivitas saya sekarang, heran. Bagaimana mungkin, dengan kegiatan yang padat (sebenarnya bukan padat, tapi sering bolak-balik saja. hehehe), saya masih bisa bilang 'sangat bahagia'.

Bayangkan saja, teman-teman. Senin-Rabu, saya full ngajar di SD. Kamis, hanya sampai jam 9 saya mengajar. Lalu cabut ke STAIN Purwokerto, yang jarak tempuh dengan kendaraan umum sekitar 3-4 jam. Lalu kuliah sampai malam. Jum'at pagi, saya sengaja mengosongkan jam mengajar di sekolah, karena Jum'at sore masih ada kuliah. Sekedar dengan pertimbangan untuk efektifitas waktu saja. Bolak-balik 6-8 jam, bukankah itu cukup menguras tenaga? Setengah hari Jum'at itu, saya manfaatkan untuk bercengkrama dengan putri tersayangku (Azzahrotu Labibah; 22 bulan). Selepas Jum'at, berangkat ke STAIN Purwokerto lagi. Kuliah lagi sampai malam (sekitar jam 20.30 selesai). Lalu istirahat. Sabtu, jam 02.30, harus sudah ada di pinggir jalan raya menunggu bus yang akan mengantar ke tempat kerja. Bila agak siang sedikit saja, maka bisa dipastikan, akan semakin siang saya sampai di sekolah. Alhamdulillah, teman-teman kerja menyadari keadaan saya ini. Mereka maklum. Tapi yo moso, telat kok jadi kebiasaan. Ga enak juga lama-lama. Sabtu sore (sekitar jam 14.00), saya pulang ke rumah di Pekuncen. Bermalam minggu di rumah (meski kadang-kadang lembur di sekolah juga; artinya ga mudik), lalu Ahad pagi sampai siang, saya berkesempatan liburan penuh dengan anak dan suami. Ahad selepas dzuhur, saya kembali ke tempat kerja (dengan pertimbangan, agar Senin pagi tidak gugup). Demikianlah siklus setiap minggunya. Dan itu sudah berjalan berbulan-bulan, dan saya menikmatinya, dan Allah membukakan satu demi satu pintu keindahan dibalik kepayahan tersebut yang selama ini saya tidak menyadarinya.

Semua sudah ada jalurnya masing-masing. Pada kuliah yang tadi sore saya ikuti, ada satu kata kunci tentang RIZKI. Bahwa dalam Bahasa Arab, kata RIZKI ditulis dalam tiga huruf (Ra Za dan Qof). Ditransliterasikan: R Z K. Ternyata, RZK itu bukan tanpa makna. RZK memiliki makna ganda. Bisa berarti Rezeki, bisa juga berarti Reziko. Nah, jadi, dalam setiap rezeki yang kita terima, bukan semata-mata mengandung unsur kesenangan belaka. Namun, ada reziko juga di dalamnya. Ini artinya, kita diajarkan untuk berlaku sewajarnya saja (tiba tengah; orang jawa bilang). Senang ya sewajarnya. Karena, kesenangan itu pastilah untuk membeli sesuatu yang mungkin tidak menyenangkan dibaliknya. Namun, sedih pun juga sewajarnya saja. Karena, dibalik kesedihan itu, pasti ada hikmah besar yang sering kita itu tidak tahu. Lho, lho, kok jadi nglantur.

Pokoknya, malam ini, saya bahagia bisa menulis lagi. Bisa berbagi lagi. Mudah-mudahan, ke depan, bisa lebih teratur menulis. Bisa menjadi penulis (karena kata pak Misbah barusan, seorang guru itu harus terbiasa menulis). Bisa menjadi peneliti (karena kata pak Sony kemarin, guru itu hendaknya piawai meneliti. Bukankah banyak permasalahan pendidikan yang harus dipecahkan???). Bisa menjadi manusia yang luar biasa (demikian kata pak Ridwan). Bisa menjadi guru yang benar-benar berkepribadian (demikian pak Nurfuadi dan pak Asdlori ngendika). Bisa menjadi sosok yang menghargai dan memanusiakan yang lain selayaknya (demikian pak Toifur mewasiatkan). Wah, pokoknya, kuliah S-1 ini, luar biasa, yah. Lebih banyak tantangan. Lebih banyak kesempatan untuk berkembang. Tinggal bagaimana memanfaatkan waktu dan kesempatan yang ada. Dan, besok pagi, jam 02.30, harus sudah di pinggir jalan raya, menunggu bus yang akan mengantarku ke tempat kerja. SEMANGAT! BISMILLAH!