Sabtu, 15 Maret 2008

DITOLAK

Bagaimanakah rasanya ditolak?

Pasti menyakitkan sekali. Apapun bentuknya. Apapun caranya. Sehalus apapun skenarionya.
Dan aku mengalaminya. Ditolak dalam arti yang sesungguhnya.

Banyak hal yang tidak aku mengerti dalam hidup ini. Terakhir, kami bertemu di udara dalam suasana yang begitu menggembirakan. Kami menikmatinya. Berbagi cerita. Hampir-hampir tanpa dusta.

Jauh hari sebelum saat ini (14 Maret 2008; 09.10), aku telah mohon diri, pamit, dan mengijinkan serta membiarkan dia kembali. Kembali pada kebebasannya seperti dulu. Tapi dia menahanku. Setidaknya itu yang aku pahami.

"Kita sudahi di sini, mas....", aku merengek saat itu.

Bagaimanapun, setelah aku tahu akhir cerita itu akan seperti ini, aku beranggapan bahwa aku tak perlu merengek-rengek seperti itu waktu itu.

"Tidak! Titik", kau menjawab dengan tegas.

Bisa saja aku tetap ngotot meminta kita bubar, tapi toh itu bukan penyelesaian yang baik. Akhirnya aku mengiyakan. Sekedar menuruti air yang sedang mengalir.

Tapi bila boleh jujur, jauh di lubuk hatiku, kisah demi kisah yang telah terjalin sebelumnya tak bisa aku hapus begitu saja. Nyatanya aku hanya menguji. Dan di juga hanya menguji. Aku pikir, kami masih bersama.

Tapi waktu demi waktu yang kemudian berlalu, mengaburkan kisah yang pernah rapi terjalin.

Dan hari ini aku mendapatkan jawabannya. Nomornya bahkan telah hangus, setelah hampir 1/4 tahun kami tak saling sapa.

Aku tertegun.

1/4 tahun tanpa sapa. Itu waktu yang sangat lama untuk sebuah kisah yang sebelumnya hampir setiap hari ada cerita.

Aku hanya ingin bersilaturrahmi. Dengan gembira mengabarkan padanya bahwa aku berhasil membuat mimpisyurga ini. Meski tak seindah syurga. Oh, tentu saja. Bukankah aku baru belajar?

Begitulah.

Terkadang, hati memang harus menerima sebuah penolakan. Agar sadar, bahwa mungkin hanya 1 (satu) yang menolak 'keberadaan' kita, tapi lihatlah... dengarlah... rasakanlah... betapa begitu banyak orang yang bersedia menerima kita dengan tulus.

Maka, untuk apa bersedih dan sakit hati terus menerus? Smile up, girl... Dunia tak selebar daun kelor, kok...

Sadarilah dan yakini itu !!!




Tidak ada komentar: