Senin, 16 Juni 2008

DIAJARI BERSABAR OLEH....

Pagi. Kantor masih sepi. Anak-anak belum berangkat. Rekan kerja yang lain juga belum berangkat. Saya menyengajakan diri berangkat lebih awal, karena ada sesuatu yang harus dikerjakan: ngeprint head surat pada amplop.

Kebetulan, saat ini, saya dipercaya untuk menjadi sekretaris sebuah kegiatan cukup bergengsi:

GELAR WISUDA SANTRI LULUS IQRA ANGKATAN I

Bagaimanapun, apa-apa yang namanya pertama, apa-apa yang namanya baru mulai, permulaan, dan yang sejenis dengan itu, merupakan sesuatu yang layak disambut dengan sambutan yang istimewa. Acaranya akan dilaksanakan hari Ahad, tanggal 29 Juni 2008 nanti.

Surat-surat sudah dibuat. Segala yang berkaitan dengan administrasi persuratan, Insya Allah sudah beres. Tapi rasanya akan terlalu sederhana, bila surat-surat itu dimasukkan dalam amplop polos begitu saja. Jadilah, amplopnya juga diberi head sebagaimana surat-surat yang akan dikirimkan.

Berhubung agak siangnya, saya ada acara lain (tidak stand by di kantor), maka saya menyengajakan diri berangkat lebih awal.

Komputer adalah sistem hitam putih. Bila bukan ‘iya’, maka sudah pasti ‘tidak’. Komputer tidak mengenal kata ‘toleransi’. Maka bila perintah yang kita masukkan sudah benar, komputer juga akan memprosesnya dengan benar.

Itulah yang terjadi dengan saya pagi ini. Saya pikir, perintah yang saya berikan sudah sangat benar sekali. Tapi saya bukan programmer, saya hanya sekedar operator. Itu pun hanya sebatas sekedarnya. Maka bila timbul permasalahan seperti ini, saya hanya bisa bersabar. Dan sekali lagi, sungguh itu sangat sulit.

Prosedur saya lakukan seperi biasa. File saya buka, kemudian saya masuk ke perintah print. Biasanya tak ada masalah. Akan mencetak berapa ratus lembar pun, it’s ok. Tapi pagi ini, tidak seperti biasanya.

Printer memberikan respon positif dengan perintah-perintah yang saya berikan. Tapi tidak untuk amplop yang sudah saya siapkan di badan printer itu. Ngadat. Entah kenapa. Saya coba untuk mencetak kertas biasa, ternyata berhasil. Saya coba mencetak untuk amplop lagi, ternyata gagal lagi.

Ada sekitar dua puluh amplop yang akan saya”kerjai”, tapi baru bisa menghasilkan empat lembar amplop. Ada sekitar 5 amplop yang akhirnya masuk ke tong sampah. Satu amplop memang sengaja diperlakukan sebagai percobaan, dan yang lain, ketika diprint, menghasilkan lukisan abstrak berwarna hitam kelam di bagian belakang amplop tersebut.

Saya diuji. Jelas, itu kesimpulan yang bisa saya angkat dari peristiwa ini. Dan bersabar pada pukulan yang paling pertama, adalah sebuah kesulitan tersendiri. Barangkali saya terlalu sombong, menganggap memberikan head pada amplop surat dengan komputer, itu adalah sesuatu yang sangat luar biasa mudah. Ternyata ada banyak hal yang saya tidak tahu. Dan saya harus mengakui itu.

Maka hikmahnya, pagi ini, saya diajari oleh sebuah benda mati bernama printer, untuk bersabar. Untuk rendah hati, untuk senantiasa yakin, bahwa ada kekuatan yang Maha Dahsyat, yang saya tidak tahu, berperan dalam seluruh proses ini.

Akhirnya, saya hentikan proses pencetakan itu. Mungkin printernya butuh istirahat sejenak, agar bisa memproses perintah yang saya berikan dengan lebih baik. J

I think that is all.

Tidak ada komentar: