Jumat, 13 Juni 2008

OLEH-OLEH DARI BANJARNEGARA

Sidang pembaca semuanya, apa kabar? Rasanya lama sekali saya tidak berkirim cerita di sini. Sepertinya mimpisyurga pun juga telah merasa sedemikian kangen dibuatnya. Hehehe…agak GR sedikit, tak apa lah. Toh hanya sedikit, tak banyak-banyak amat. Amat juga ga banyak, kok, hanya sedikit. Walah, ngaco!

Hari Ahad, 8 Juni 2008 yang lalu, saya diijinkan oleh Alloh, menjejakkan kaki di Banjarnegara, tepatnya di Masjid Al-Munawwaroh Banjarnegara; dekat dari SMA Negeri I Banjarnegara. Jujur, saya sangat menikmati perjalanan dan kegiatan di sana, meski harus nyasar nyungsep dulu beberapa kali. Tak apalah. Semuanya terbeli dengan begitu banyaknya oleh-oleh yang bisa saya bawa pulang.

Dan malamnya, saya menuliskan perjalanan saya tersebut dalam buku. Ternyata, begitu banyak yang ingin saya sampaikan, sampai-sampai harus dilanjutkan menuliskan kesan saya itu, esok malamnya.

Tak sabar ingin segera tahu? Inilah catatan saya itu. Selamat membaca!

I
Subhanalloh! Dahsyat!
Ada apa? Ada apa?
Sesuatu telah terjadi hari ini. Ini bukan episiklus seperti yang Andrea Hirata katakan dalam Sang Pemimpi, tapi yang jelas, hari ini saya merasa ada sebuah scenario yang sangat cantik nan indah, yang telah Sang Maha Sutradara susun sedemikian rupa, dan saya diijinkan menjadi salah satu aktrisnya.

Maka tak ada yang tersia dalam setiap lakon kehidupan yang telah digariskan-Nya. Ada jejaring kehidupan yang sangat kompleks yang sedang saya jalani. Benar-benar ini bukan mimpi!

Adalah terlalu jauh menarik peristiwa saat itu hingga hari ini, tapi saya tidak bisa mencegah gejolak hati ini untuk menuturkannya.

Hampir tiga tahun yang lalu, saya; bersama dengan dua orang teman yang lain; berniat beranjangsana ke Pimpinan Daerah Ikatan Remaja Muhammadiyah Banjarnegara. Yah, sekedar untuk bersilaturrahmi. Kalau tak salah, kebetulan saat itu ada kegiatan Pelatihan Kader Taruna Melati, dan teman-teman IRM dari Banyumas, diminta untuk turut ambil bagian dalam kegiatan tersebut.

Saat itu, kami bertiga baru saja pulang dari Cilacap. Kami telah merencanakan, sepulangnya dari Cilacap, kami akan melanjutkan perjalanan ke Banjarnegara. Tapi apalah daya, ternyata, sesampainya di Terminal Bus Purwokerto, isi dompet yang kami miliki, tak cukup untuk mengantar kami hingga ke Banjarnegara. Akhirnya, saya melanjutkan pulang ke rumah, dan dua teman saya melanjutkan perjalanan ke Banjarnegara. Sungguh, dalam hati tetap terpatri niat, suatu hari nanti, saya ingin menjejakkan kaki kesana. Saya benar-benar ingin tahu, seperti apakah Banjarnegara itu?
Dan hari ini, Allah benar-benar mengabulkan niat saya tersebut.

Tapi sebentar.
Saya juga ingin bercerita tentang sesuatu yang lain.

Dalam salah satu kisah hidup saya, tersebutlah sebuah peristiwa unik. Tentu saja ini dalam penilaian saya. Saat itu, saya mengisikan pulsa sebesar dua puluh ribu rupiah untuk nomor saya. Setelah pulsa dinyatakan masuk, saya coba mengeceknya lewat bintang delapan delapan delapan pagar yes, ternyata saldo pulsa saya bertambah empat puluh ribu rupiah. Senang sih senang, tapi saya waswas kalau ada kesalahan pengisian. Sebab itu berarti, saya harus membayar double. Maka saya konfirmasikan hal itu pada mbak lina; pemilik counter. Ternyata pulsa yang dikirimkan, benar-benar sebesar dua puluh ribu rupiah. Ya sudah, untuk sementara, saya bisa berbahagia karena ada pulsa nyasar ini.

Siangnya, ada nomor asing masuk. Yang membuat saya kaget, nomor itu hampir sama persis dengan nomor saya. Dari dua belas digit nomor tersebut, hanya berbeda satu digit. Bagi saya, ini sangat luar biasa. Nomor tersebut menginformasikan bahwa counter tempatnya mengisi pulsa, telah melakukan kesalahan pengiriman; yang berakibat pulsa yang dia beli, nyasar ke nomor saya. Olala…tak jadi bersedang-senang, dech. Pamilik nomor itu (kita sebut mas Rifki) meminta saya mengembalikan pulsanya. Saya menyanggupi untuk mengembalikan pulsa nyasar itu, tapi tidak saat itu juga. Saya minta mas rifki sabar menunggu sampai saya ada rizki. Beliau mengijinkan. Alhamdulillah, akhirnya saya bisa mengembalikan pulsa itu di kemudian hari, dan hingga hari ini, beliau masih berkenan menasbihkan diri sebagai kakak bagi saya. Kakak lain ayah lain ibu, nun jauh di Lampung Selatan sana.

Bila saat itu saya abaikan permintaannya, mungkin cerita yang terjalin kemudian tidaklah seindah hari ini. Sungguh, hari ini saya merasakan, betapa indahnya scenario yang telah Allah rancang dan canangkan.

Barangkali, pada saat bersamaan, Allah juga sedang menjalinkan cerita yang lain, yang pada akhirnya, ada titik temu yang membuat saya benar-benar berdecak kagum. Subhanallah! Amat sangat rapi sekali jalinan peristiwa itu.

Entah bagaimana ceritanya. Yang jelas, suatu hari, mas Rifki mengabarkan pada saya, bahwa ada nomor asing masuk ke hapenya beliau. Pemilik nomor itu mengenalkan diri sebagai eva, dan kata mas rifki, eva ini mengenalkan diri sebagai temannya eko. Eko, katanya kenal sama saya. Sesaat setelah saya dikabari hal itu, saya langsung teringat dengan eva (adik kelas saya waktu SMA), dan eko (teman satu kelas saat saya kuliah). Saya coba cari tahu nomornya eva dan eko. Tentu saja, saya bermaksud untuk mencocokkan nomor mereka dengan nomor yang masuk ke hapenya mas rifki. Sayang sekali, nomor eva telah dihapus.

Suatu hari, saya bertemu dengan istrinya eko. Istrinya eko ini (namanya canthiek) adalah teman saya di Ikatan Remaja Muhammadiyah. Sekian lama kami tak berjumpa, dan saat berjumpa itu, saya terkejut karena didakwa sebagai seorang sahabat yang sombong kepada sahabatnya. Canthiek mengatakan bahwa sekian banyak smsnya tak dibalas, bahkan saya terkesan begitu angkuh, cuek, dan sombong dalam sms-sms yang saya tujukan untuk chantiek.

Lho, lho, lho….sebentar! sebentar!
Tentu saja saya menolak ‘tuduhan’ itu. Saya tandaskan, bahwa saya tak pernah mendapat sms apapun dari chantiek ini. Kemudian chantiek menunjukkan sebuah nomor kepada saya, yang diberi nama dengan nama saya.

Subhanallah!

~ ini bukan nomor saya, chantiek. Ini nomornya mas rifki ~

Saya ceritakan secara singkat awal mulanya nomor itu masuk ke hape saya, dan sejurus kemudian, salah satu angka dalam nomor itu dibetulkan.

Lihatlah, kawan…
Mengapa harus ada pulsa nyasar dulu ke hape saya? Sungguh ada kekuatan lain yang sanggup menjalankan scenario itu dengan sempurna, dan tentu saja, itu bukan suatu kebetulan semata. Pastilah ada hikmah yang sangat besar dibalik seluruh cerita-cerita ‘kebetulan’ ini.

Mari kita lanjutkan.
Sepulangnya dari bertemu dengan chantiek, selang beberapa waktu, ada nomor asing masuk ke hape saya. Awalnya Missedcall, kemudian sms. Selidik punya selidik, cerita punya cerita, akhirnya terkuaklah, bahwa pemilik nomor itu adalah eva, yang dulu pernah berkirim sms ke nomornya mas rifki. Belakangan saya tahu, ternyata yang benar itu bukan eva, tetapi ave. Oooh……….

Dan akhirnya, dari ave (saya memanggilnya mas ave) inilah, akhirnya saya bisa belajar banyak hal. Mendapatkan banyak hal, mendapatkan nomor-nomor penting, mendapatkan manfaat yang begitu banyak untuk mengasah hobi saya: menulis. (Thanks banget, mas ave: kakak yang sangat berkenan mengerti kerewelan dan keusilan saya!)

Salah satu nomor yang dikenalkan pada saya adalah nomornya kang nasspur. Sangat surprise sekali rasanya, karena ternyata saya dikenalkan dengan pendiri FLP Purwokerto. Subhanallah! Saya bukan pengurus FLP, saya hanya salah satu simpatisan, yang mudah-mudahan tetap diperkenankan mengasah pena saya di kawah candradimuka bernama Forum Lingkar Pena.

Dari kang nass inilah, saya mendapat kabar, akan ada kegiatan di Banjarnegara. Tepatnya kegiatan apa, saya juga tidak tahu, dan juga tidak mencari tahu. Hanya dalam benak saya terpikir, rasanya mustahil jika itu sebuah kegiatan yang buruk, mengingat pengusung kegiatan itu, setahu saya, adalah Forum Lingkar Pena Banjarnegara.

Akhirnya saya bulatkan tekad untuk mengikuti kegiatan tersebut. Dari beberapa teman yang saya kirii kabar, alhamdulillah, akhirnya hanya saya dan kang dody (salah satu pengurus FLP Purwokerto) yang berangkat. Saya pikir, pesertanya berasal dari seluruh wilayah Barlingmascakeb. Tapi ternyata, sesampainya di sana, teman peserta di sebelah kanan dan kiri saya, semuanya berasal dari Banjarnegara. Wew, jadi tamu kehormatan nih, ceritanya???

Sesampainya di lokasi kegiatan (setelah nyasar satu kali dan dilimpah ke mikro lain satu kali), saya baru tahu, ternyata acaranya adalah berupa Bedah Buku. Buku yang dibedah berjudul, the star is me. Penulisnya Mbak Afifah Afra. Pembedahnya, kang nasspur dan mbak afra. Subhanallah!

Saya mencari-cari kata Forum Lingkar Pena, ternyata tak saya temui. Berarti bukan FLP penyelenggaranya. Tapi, my dream learning centre. Wadah apakah itu? Saya sendiri tak sempat menanyakan lebih jauh. Begitu sampai, registrasi, masuk ruangan, tak lama kemudian, acara secara resmi dimulai.

Panitia kegiatan ini masih imut-imut, tapi sangat luar biasa sekali dalam hal semangat dan kemampuan mengorganisasi acara; hingga acara tersebut bisa tampil sedemikian manis dan jauh dari rasa membosankan.

Seperti mimpi saja layaknya, akhirnya saya bisa menjejakkan kaki di Banjarnegara, untuk mengikuti sebuah acara yang sangat bagus. Menggugah kesadaran saya pada lubuk hati yang paling dalam, bahwa semua orang benar-benar berpotensi (mengingat selama ini saya lebih sering tersrang virus minder), dan dengan modal potensi dari Sang Pencipta itulah, manusia berhak mewujudkan apapun yang dimimpikannya.

Bahwa; seperti yang mbak afra katakana; setiap orang berhak menjadi bintang, karena untuk menjadi bintanglah, manusia diciptakan.
-0-

Cerita ini belum berakhir. Kapan-kapan, kita sambung lagi, Insya Allah. OK, Sampai besok-besok lagi....

Tidak ada komentar: