Rabu, 09 Juli 2008

SAAT PENGLEPASAN ITU…

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya tanggal 17 Juni 2008, sekolah tempatku bekerja, mendapat undangan penglepasan pengawas pendidikan agama Islam dari PPAI kecamatan Pekuncen. acara penglepasan itu ditempatkan di salah satu dari dua belas Madrasah Ibtidaiyah yang ada di kecamatan Pekuncen; tepatnya di MI Ma’arif NU 01 Banjaranyar. Dalam undangan, tertera waktunya pukul 08.30 WIB.

Kami pun berangkat. Sesampainya di sana, jarum jam menunjuk angka 08.45 WIB. Dan ternyata, acara belum dimulai.

Di satu sisi, kami senang, sebab itu berarti, kami belum terlambat. Tapi di sisi lain, kami; khususnya saya; menyayangkan hal ini. Telah bertahun-tahun, kebiasaan molor waktu itu berlangsung, dan entah harus dimulai darimana untuk memperbaikinya. Sebab hal ini telah menjadi semacam budaya, dan parahnya, telah melembaga. Maka bila hanya satu dua orang saja yang berpikir harus on time, apalagi yang ingin on time adalah kalangan bawah, besar kemungkinan, hal itu sulit diwujudkan.

Sekian banyak waktu terbuang percuma. Semestinya, banyak hal bisa dilakukan dalam rentang waktu yang sedemikian lama itu. Tapi kami tak bisa melakukan apa-apa selain menunggu. Menunggu siapa? Menunggu apa? Menyakitkan sekali menjadi orang kecil dengan idealisme tinggi.

Menit demi menit berlalu begitu menjemukan. Kami kehabisan bahan lelucon. Akhirnya kami pasrah, disekap gelisah menunggu beliau hadir; sehingga acara ini bisa dimulai.

Jarum jam menunjuk angka 10.30. Orang yang dinanti pun tiba. Acara dimulai. Ah, betapa menyenangkannya menjadi seorang yang dipandang penting. Seolah, bebas akan hadir kapanpun, toh, acara hanya akan dilaksanakan bila yang berkepentingan rawuh. Whaduh, sepicik itukah? Tidak, tidak, pastilah tidak sepicik itu. Kalimat itu hanyalah sebuah protes kecil dari orang kecil, yang hanya memiliki ide-ide kecil, untuk terjadinya perubahan-perubahan yang meskipun kecil, tapi semoga berarti.

Bila saja kita bisa lebih bijak dalam memanfaatkan waktu demi waktu, saya yakin, akan sangat banyak karya berharga yang bisa kita hasilkan.

Setidaknya, bila terjadi kesalahan, masih cukup waktu untuk memperbaikinya. Saya rasa, demikian adanya. Memang membuat sebuah perubahan ke arah yang baik, membutuhkan perjuangan keras. Tidak bisa santai dan asal. Tapi harus serius dan direncanakan secara jelas. Dan yang jelas, saya merindukan budaya tepat waktu. Ada saran???

Tidak ada komentar: