Senin, 07 Juli 2008

TANGGAL 30 JUNI 2008

Maasyaa Allaah…

Betapa nikmatnya saat sehat itu. Makan apapun jelas rasanya. Istirahat bisa dirasakan kenyamanannya. Membaui apapun, jelas nama baunya. Dan kenikmatan-kenikmatan seperti itu, sangat terasa sekali saat tidak bisa dirasakan.


Akhir-akhir ini, kesibukan memojokkan saya pada sudut gelap bernama stress. Berangkat ke kantor, harus lebih awal dari teman-teman kerja yang lain. Pulangnya, harus ikhlas menjadi juru kunci. Hal itu berlangsung terus-menerus selama kurang lebih dua minggu. Dan barangkali, apa yang saya rasakan saat ini, adalah salah satu sikap paling puncak dari protes fisik saya karena dipaksa bekerja sedemikian keras. Jangan tanyakan honor lembur, karena tempat kerja saya bukanlah tempat kerja yang menjanjikan itu semua. Semuanya berlalu begitu saja, dan saya sangat menerima ini, karena saya tahu persis kondisi keuangan di tempat saya bekerja. Saya bukan bendahara, hanya secara kebetulan, sering dicurhati tentang masalah kondisi keuangan oleh bendaharanya.


Begitulah. Dan puncaknya adalah minggu ini. Makan pepaya yang sudah matang; sungguh segar dan ranum jingganya; rasanya entah seperti makan apa. Hambar. Tidur harus bersedia tidak nyenyak. Sesekali, kesulitan mendapatkan udara segar, menjadi alarm alami kesadaran saya untuk segera bangun. Kerja apapun, rasanya tak nyaman. Bersin berkali-kali, hidung meler, dan kepala pening. Aduh, aduh, aduh, sungguh sangat nikmat sekali melakukan semuanya saat badan fit dan sehat.


Tapi roda kehidupan harus bergulir, dan setiap orang pasti mendapatkan giliran untuk diuji. Ada kalanya, kesehatan dikurangi, agar saat sehat kembali nanti, bisa lebih bersyukur dengan kesehatan itu. Ada kalanya materi diseretkan (baca seperti membaca peti), agar saat materi melimpah lagi nanti, lebih tahu, bagaimana cara mensyukuri keberadaan si materi itu. Dan lain sebagainya, dan lain sebagainya.


Maka, akhirnya, tidak ada pilihan lain bagi saya saat ditimpa sakit ini, selain menikmatinya. Menikmati dengan sepenuh hati, dan wajib bersyukur, karena masih diberi kesempatan hidup. Diberi kesempatan membuat rencana-rencana, apa yang mestinya dilakukan saat benar-benar sehat kembali nanti.


Mudah-mudahan sakit ini hanya sebagai ujian. Sebagai alat untuk merontokkan dosa-dosa, meningkatkan derajat, mendapatkan pahala, dan diampuni dosa-dosa saya. Aamiin.

Tidak ada komentar: