Kamis, 13 November 2008

Ya atau Tidak

Barangkali bisa dikatakan sebagai tindakan nekad, saat baru beberapa kali saya 'bertemu' dengan lelaki ini (dan itu pun bertemu di chat room), saya menerima ajakannya untuk .... : MENIKAH

Mungkin saya naif. Mungkin saya terlalu gegabah. Mungkin saya sembrono. Mungkin saya lelah menunggu. Saya rasa bukan karena itu semua.

Awalnya, saya tidak ada rasa sama sekali pada lelaki ini. Wajahnya juga tak cakep-cakep amat. Pekerjaan persisnya apa, saya juga belum tahu. Saya hanya tahu, dari cara ngobrolnya di chat room, orangnya enakan. Itu juga mungkin penilaian yang sangat dangkal.

Saya masih tetap menganggap bahwa dia hanya seorang lelaki yang tak lebih dari lelaki lain: SUKA ISENG SAJA. Anggapan itu terus melekat di kepala saya hingga beberapa hari berikutnya.

Hingga akhirnya, kami menemukan titik temu. Ternyata, lelaki ini memiliki seorang teman wanita, yang sang wanita ini juga teman saya juga. Bahkan kami ternyata pernah mengenyam pengkaderan di organisasi yang sama. Dan yang lebih surpise: kami bekerja pada jabatan yang sama di yayasan yang sama. Subhanalloh...

Hingga detik ini, saya masih terkagum-kagum dengan lika-liku hidup dari Allah, yang harus saya jalani, hingga saya bertemu (ataukah dipertemukan) dengan lelaki ini.

Dari teman wanita kami inilah, untuk yang pertama kalinya saya tahu, bahwa lelaki ini serius. Serius ingin membangun rumah tangga dengan saya.

Sejak dulu, saya juga selalu berusaha untuk serius membina hubungan (tentu saja bila saya telah meng'iya'kan). Dengan lelaki ini, entah karena apa, saya merasa nyaman bercakap, nyaman berbincang tentang apapun. Apakah karena latar belakang organisasi yang sama? Apakah karena pekerjaan yang sama? Entahlah.

Maka saya mengiyakan ajakannya. Dan setelah itu, kami membangun rencana-rencana lebih lanjut. Subhanalloh!

Maka, untuk para pembaca yang tak berani menyatakan perasaan, saya sarankan: coba utarakan dulu. Bila jawabannya 'Ya', jangan ragu untuk meneruskan. Bila jawabannya 'Tidak', jangan ragu untuk berhenti, lalu berusahalah lagi. Allah memberi sesuai dengan kemampuan kita untuk menerima. Apapun itu. Seriuslah dalam segala hal, karena segala hal; diciptakan tidak untuk dan bukan untuk main-main.

I think that is all...

Tidak ada komentar: